Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Tepat Pada Waktunya

No Valentine. Begitulah prinsipku dalam menghadapi tanggal 14 Februari. Dekat sih memang dengan tanggal dimana aku dilahirkan. Namun, tetap saja no sense. Aku bahkan bingung dengan miladku sendiri. Apa yang harus aku lakukan di hari itu? Sepertinya just so-so as usuall I think.

Yang aku herankan, mengapa masih saja, banyak muslim muslimah terutama di Indonesia ini yang masih atau mau saja merayakannya, bahkan untuk memberi seseorang dengan sebuah coklat? Mengapa harus tanggal 14? bukan 13 ataupun 15? Apakah 14 itu adalah tanggal yang fenomenal?
Jika mereka beralasan tidak tahu menahu tentang “fakta” apa yang sebenarnya terjadi pada tanggal itu, jujur saja aku kurang percaya dan kecewa. Di zaman semodern ini tentu aku yakin, pastilah mereka pernah mendengar sedikit cerita atau bahkan hanya usut cuma usut mengenai 14 Februari itu sendiri. Sangat disayangkan apabila mereka dengan entengnya mengatakan bahwa mereka tidak tahu.

Huft, yah aku sadar, semua manusia tentu tidak akan bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya. Namun, yang ingin aku tanyakan adalah, sebenarnya mereka benar-benar tidak tahu atau tidak mau tahu? Kedua makna itu bila di artikan akan sangat berbeda konteks hukumnya.
Apa manfaat yang bisa di ambil dengan meng-fenomenalkan hari tersebut? Nothing. Aku rasa itu hanya akan mengumbar-umbar cinta semu di depan khalayak yang seharusnya tidak boleh mengetahui perasaan cinta itu. Cinta itu suci, tetapi sikap dan perilaku kitalah yang mengotori. Cinta itu indah, namun hanya sugesti dan nafsu kitalah yang sudah membuatnya buta. So well, buktikan saja di tanggal 14 Februari. Tidak akan sediit kok contoh yang bermunculan.

Seperti halnya sebuah kisah. Ia mengaku sudah memendam perasaan cintanya kepada seorang perempuan selama 5 tahun. Dimulai saat ia bertemu dengannya pada masa biru putih menjelma, hingga Allah ternyata menakdirkan SMA mereka tetap masih dapat bersua. Oh, mungkin ia berpikir 5 tahun adalah waktu yang sudah cukup lama untuk memendam, mengukir perasaannya itu. Hingga akhirnya, mungkin karena nggak kuat memendamnya lagi atau ia sudah termakan hawa nafsunya, akhirnya pada tanggal 14 Februari ia berniat dan memutuskan untuk membuktikannya. Namun naas, simpel, ditolak.

Hahah, itu hanya sepenggal kisah gadungan yang pernah aku amati di sekitarku. Lantas setelah itu apa yang terjadi dengannya? Gelisah? Tentu. Galau? Pasti. Merana? Mungkin. Aku tidak tahu, yang jelas aku pikir pasti dalam benaknya yang semula full berisi tentang cinta, akan kandas menjadi hampa.

Well teman, itulah gambaran cinta semu. Kita tidak akan dapat memaknai cinta hanya dengan hitungan waktu, atau bahkan malah menghitung waktu. Nggak sesimpel itu. Pernah dengan kisah cinta Ali dengan Fathimah? Oke kalau belum, aku yakin tentu kalian tau kisah cinta Habibie dan Ainun? Fathimah dan Ali sama memendam cinta mereka dalam waktu yang tidak sebentar oi. Lama banget. Tapi mereka sama-sama kuat untuk menahan dan tidak mengungkapkannya kecuali Allah telah approval cinta mereka. Hmm. Begitulah gambaran samarnya. Sebuah cinta belum atau bahkan tidak akan bisa dikatakan sebagai cinta sejati jika belum mengetahui bagaimana akhir kisah cinta itu sendiri. What? Berarti harus mengakhirkannya dulu begitu?

Sepanjang ini, aku jujur tidak tahu dan belum mengerti harus dijawab apa pertanyaan itu. Karena aku sendiri pun belum pernah merasakannya. Biarkan saja waktu yang menjawab, kapan dan dimana ‘waktu yang tepat’ itu akan terjadi. Jangan terburu-buru, karena perjalanan masih panjang. Kalau terburu-buru itu tandanya.. yah kita rada nekat atau apalah gitu, seperti menjual harga diri kita sendiri. Hanya untuk sebuah cinta semu kita mau menjual diri kita? Think it quickly guys!

Hanya Allah lah pemilik cinta dan sebaik baik pencipta cinta yang hakiki. It’s wrong jika kau mengatakan aku takut berdekatan dengan Rabbku, aku tak pantas untuk mendapatkan cintaNya. Hei, sampai kapan kau akan berkata begitu? CintaNya itu dijemput, bukan menjemput. Allah tak akan mendekatimu jika kau saja tak mau mendekatiNya. Seharusnya Allah lah yang harus kita beri tahu mengenai semua hal tentang kita. Namun sering kita mengingkarinya, mereka-reka seolah Allah tidak mau atau bahkan tidak boleh tahu tentang apa yang kita sembunyikan. But  poor us, it’s so wrong, karena diberi tahu atau tidak Allah pasti dan jelasss akan lebih tahu daripada kita. Juga tentang mana yang baik dan buruknya untuk kita. Write it.

Sudahlah, cukupkan dulu perasan-perasaan semu yang masih tersimpan dalam hati. Biarkan kenyataan dan qadarullah yang menjawab dengan seiring berjalannya waktu. Percayalah denganNya, jangan mengotori dirimu sendiri. Allah menciptakan cinta itu sebagai perasaan yang suci, fitrah bagi setiap hambaNya. Hanya saja.. tahanlah dulu. Ungkapkanlah kata cinta itu kepada orang-orang disekitar kita yang memang sudah berhak untuk mendapatkannya. Dahulukan mereka, karena dengan adanya mereka lah kita bisa menemukan kata cinta dalam diri kita.

Tapi kalau pengen cepat ya berarti.. persiapkanlah juga dirimu dengan cepat. That’s your choice. Tidak ada paksaan dalam hal ini. Sederhana, hanya tentang urusan meminta dan diterima. Sudah itu saja. Berdoalah, semoga Allah memberikan satu yang pantas dan tepat untuk diri kita nanti. Prove it if you are a really good man or woman. Prove it for Allah first, and for the other then.

Take it the first for Allah, just for Allah ONLY.
No reason to deny it, cz Allah is the best own of Love :)


 on tumblr,
15 Februari 2014

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Muif Aha mengatakan...

Udah lama nggak blog walking, eh ternyata ada blog dari anak Esasi.
Kalo ngomong2 soal cinta, cinta adalah anugrah yang bisa membuat manusia terjerumus kalo kita nggak pinter pinter ngaturnya. Mendingan cinta ama Yang Maha Mencintai yaitu Allah SWT.

Keep writing and keep inspire
kunjungi balik ya... http://muif-aha.blogspot.com/

Unknown mengatakan...

yaa, terimakasih sudah mau berkunjung :)

Posting Komentar